dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." (Yohanes 8 : 32).
Namaku adalah Sabatina James. Aku lahir di tahun 1982 di Pakistan, di negeri yang sampai sekarang dalam nama Islam, para wanita dibakar hidup-hidup atau dibunuhi oleh ayah-ayah atau saudara-saudara laki mereka.
Orangtuaku adalah Muslim. Di usia 10 tahun, aku pindah ke desa kecil di Austria, dekat Linz. Di sana aku mengikuti pendidikan di sekolah, tapi sekolah ini justru memulai proses syahidku.
Semakin banyak aku menyerap cara hidup Barat, semakin besar pula konflik yang kualami antara dua agama, Islam dan Kristen. Di rumah orangtuaku, aku selalu mengalami kekerasan fisik dan tekanan mental, hanya karena aku ingin “merdeka.” Akhirnya malah aku dikirim ke sekolah Islam di Pakistan di tahun 1999.
Di Pakistan, kami diajar untuk membenci Barat dan aku mengalami sendiri bahwa sebagai wanita aku tak berharga sama sekali. Aku dipukuli dan disiksa. Aku dipaksa nikah di luar keinginanku dengan saudara sepupuku, sehingga aku melarikan diri dan kembali ke Eropa.
Aku lalu meninggalkan Islam dan memeluk Kristen. Balasan Islam lalu datang padaku dengan hebatnya: di tahun 2001 ayahku dan seorang imam mengeluarkan keputusan mati bagiku. Aku harus melarikan diri lagi.
Jutaan wanita telah mengalami siksaan yang sama seperti diriku. Tapi kebanyakan diem saja ketakutan. Akulah suara mereka dan aku gunakan organisasiku, Sabatina e.V. untuk menolong para wanita itu mendapatkan hidup yang lebih baik.
Sumber :
https://youtu.be/f0ZVFFHtzJQ
WAWANCARA SABATINA JAMES TENTANG IMAN, HAK ASASI WANITA.
Video-Video Youtube Kesaksian Sabatina James yang Telah Murtad Masuk Kristen
Sabatina James: My flight from an arranged marriage
Sabatina James Interview 2010
https://www.youtube.com/watch?v=f0ZVFFHtzJQ
Oleh Michelle A. Vu , Christian Post Reporter
May 4, 2010|1:29 pm
Sabatina James, ikut Yesus Kristus, hidup dengan menanggung resiko yang berbahaya. Dia harus berpindah-pindah tempat selama 16 kali sejak tahun 2001 karena ancaman mati padanya sebagai murtadin. Dia sekarang hidup di tempat rahasia di Eropa di bawah perlindungan polisi.
James bicara dengan The Christian Post dengan menggunakan telpon genggam yang bisa dibuang setelah pakai. Penulis buku best seller My Fight for Faith and Freedom dan pendiri organisasi kemanusiaan, Sabatian EV, bicara terus terang tentang iman Kristennya, perjuangannya menegakkan hak azasi wanita dan apa pendapatnya tentang Presiden Obama dalam berhubungan dengan negara² Islam.
Berikut adalah ringkasan wawancara.
CP:
Berapakah usiamu sekarang?
James:
Aku berusia 27 tahun.
CP:
Dalam bukumu kau berbicara tentang pandangan Islam terhadap wanita dan bagaimana pria Muslim memperlakukan wanita berdasarkan ajaran² Qur’an. Jadi benar sudah apa yang dikatakan para pengritik Islam – bahwa agama ini mengajar umatnya untuk memukuli istri, wanita itu tak ada harganya, dan syahid merupakan cara masuk surga dan mendapatkan para perawan yang telah menunggu mereka?
James:
Ya begitulah, Qur’an mengatakan di Sura 4:34 bahwa jika istrimu tak taat, maka kau boleh menaboknya. Itu memang benar pernyataan Qur’an. Di negara² Islam seperti Pakistan, Afghanistan, diterapkan hukum Syariah. Hukum Syariah ini berasal dari Qur’an dan begitulah yang mereka terapkan. Mereka mengambil ayat² Qur’an dan mengatakan apa yang tertulis di Qur’an lah yang mengharuskan wanita untuk taat dan jika tidak taat maka suami boleh menaboknya. Begitulah faktanya.
Sabatina EV itu adalah organisasiku dan banyak banget Muslimah yang datang pada kami. Kami mengenal para gadis muda yang dipaksa nikah di usia 13 tahun. Di Hamburg, contohnya, ada seorang gadis Afghanistan yang dipaksa nikah di usia 13 tahun. Tapi orang gak mau bicara tentang hal ini karena jika kau kritis akan islam maka orang² akan menuduhmu sebagai rasis. Tapi sebenarnya ini bukan tentang ras, tapi tentang hak azasi manusia. Jika kau hidup di negara demokrasi maka kau harus menegakkan hak azasi manusia, tak peduli apakah agamamu memperbolehkanmu untuk menaboki istrimu.
Ketika aku masih kecil, aku bercita-cita mati demi Allah – seperti pembom bunuh diri itu lho. Aku gak tahu apa yang akan kudapat di surga, tapi aku yakin itulah satu²nya masuk surga karena memang tak ada jaminan bagi Muslim untuk tahu apakah Awlo akan mengampuni mereka atau tidak. Jika kau mati bagi Allah maka kau dan keluargamu dijamin masuk surga; begitulah apa yang kami pelajari di sekolah² Qur’an. Aku berusia 10 tahun ketika baca Qur’an. Kakekku saat itu baru mati dan dia adalah seorang ulama. Aku belajar Qur’an darinya dalam bahasa Arab. Hal itu normal bagi Muslim.
Ketika aku berusia 10 tahun, aku pindah ke Austria dan sejak itu aku yakin bahwa aku tidak mau mati. Tapi hatiku sih tetap berhasrat suatu hari Allah akan memberiku kekuatan untuk mati demi Allah; bahwa aku akan membunuh kafir dan masuk surga. Itu memang impian normal Muslim.
CP:
Jadi bahkan anak kecil Muslim yang tak mengikuti sekolah ekstrim Qur’an di masyarakat ternyata juga punya pikiran untuk mati sebagai pembom bunuh diri?
James:
Iya. Masyarakat Muslim-ku memang demikian. Aku berasal dari Pakistan dan polisi kafir yang melindungiku sekarang (di Eropa) berkata bahwa Pakistan adalah negara yang paling berbahaya di dunia.
Aku berada di Pakistan tahun 2008 dan aku banyak menangis di sana, rasanya bagai kiamat saja. Keadaan luar biasa jeleknya bagi orang Kristen dan wanita. Aku mewawancara seorang wanita dan dia kehilangan putranya yang ditangkap tentara Pakistan. Putranya ini Kristen dan difitnah membunuh seorang Muslim. Padahal pembunuhnya adalah orang Muslim juga. Para tentara mengangkapnya dan dia dijebloskan ke penjara. Mereka memukulinya, menyodominya, dan lalu menggantungnya.
Ketika ayah anak ini menemukan dia di penjara dan tahu bagaimana nasibnya, sang ayah tak kuat menerima kenyataan sehingga menderita serangan jantung dan mati. Aku mewawancara sang ibu. Sungguh sukar keadaan yang mereka alami. Putra mereka yang meninggal baru saja bertunangan dengan seorang gadis dan sekarang gadis ini tak mau bicara lagi. Aku tak bisa berbuat apapun.
Di hari aku bertemu dengan sang ibu, aku melihat bagaimana pedihnya tangisan sang ibu dan aku melihat kesedihan sang tunangan wanita. Aku begitu malu dengan apa yang kudengar dari negara² barat tentang berdialog dengan Islam dan kami harus hidup damai satu dengan yang lain. Sungguh keadaan yang terbalik. Di negara Islam jutaan orang disiksa, orang² kafir takut bicara, takut akan Islam.
CP:
Di bukumu, kau bicara bahwa keluargamu tinggal di negara Barat tapi mereka tetap saja menerapkan Syariah padamu – honor killing (bunuh anak sendiri yang dianggap melanggar Islam dan mempermalukan keluarga). Kenapa kok gitu? Mengapa mereka bisa berpikir untuk tetap hidup di bawah hukum Islam sedangkan itu melanggar UU di negara mereka hidup?
James:
Para Muslim yang hidup di negara Kristen mengira mereka dikelilingi umat Kristen. Tapi mereka lalu melihat orang² barat ini tak hidup secara Kristen – contohnya, gak pernah ke gereja, tidak percaya Tuhan, menghina Yesus – bagi Muslim hal ini memuakkan. Bagi Muslim, Tuhan itu maha tinggi. Tuhan itu maha penting dalam kehidupan masyarakat Muslim. Jika orang Kristen berani mengejek Tuhan, gak peduli akan Tuhan, maka Muslim merasa harus melindungi anak² mereka dengan hukum Islam agar anak² itu tak tumbuh jadi seperti para kafir Eropa.
Inilah sebabnya mereka berusaha agar putri² mereka tidak jadi seperti para gadis Jerman atau Eropa yang suka ngesex sebelum nikah. Masyarakat Muslim gak mau yang kayak gitu. Mereka tak bisa membedakan mana umat Kristen yang taat atau Kristen KTP yang datang ke gereja saat hari Natal ajah.
Ketika umat Muslim masuk ke Eropa atau Amerika, mereka tidak meninggalkan cara berpikir Islamiah atau agama Islam mereka di airport. Mereka membawa iman Islam itu dan ingin hidup dengan cara Islamiah. Mereka datang ke negara barat demi duit barat dan lahan pekerjaan yang lebih baik. Jika tidak begitu, tentunya mereka tak akan serius bikin mesjid segala.
Ketika aku berada di Amerika, aku mendengar pidato Presiden Obama ketika dia berada di Mesir. Aku tadinya berharap dia akan bicara tentang penindasan yang dilakukan Muslim terhadap Kristen di Mesir. Tapi dia gak ngomong sepatah kata pun akan hal itu. Dia malah bicara tentang sang Nabi suci, tentang Qur’an, dan aku jadi muak berat karena pikirku, “Okelah kau bicara tentang si Mamad, tapi kenapa kau tidak melindungi orang Kristen di sana? Katamu kau kan Kristen tuh dan kau jelas punya banyak pengaruh. Mengapa kau tidak mengatakan, ‘kami ingin dialog dengan negara² Islam dan kalian boleh kan mendirikan mesjid di negara kafir, jadi kalian pun seharusnya mengijinkan kafir mendirikan mesjid di Mesir dan gak boleh menyiksa umat Kristen di penjara.’ ” Tapi dia tak mengatakan hal itu sepatah kata pun. Inilah sebabnya gw benci politik. Politikus itu tak peduli akan penderitaan orang yang sebenarnya dan pelanggaran HAM.
CP:
Di bukumu kau berkata bahwa pidato Obama di Kairo bagaikan tamparan di wajah umat Kristen yang ditindas. Apakah kau merasa banyak umat Kristen yang berperasaan sama seperti dirimu?
James:
Iya dong, sebab aku kan salah satu dari mereka. Aku beralih agama ke Kristen. Aku sendiri hidup di bawah perlindungan polisi. Aku berada di Amerika sebelum lari ke Jerman sebentar karena alasan keamanan. Aku hidup bersembunyi dengan keluarga Pakistan Kristen. Aku benar² tak punya rumah. Aku pindah dari satu apartemen ke apartemen lain dan aku tak punya teman bicara. Aku banyak berhubungan dengan teman² ex-Muslim yang lalu memeluk Kristen dan mereka semua berkata, “Tahu gak, tak ada yang memperjuangkan hak² kita.”
Karena itulah aku sangat senang sewaktu mengetahui bukuku laku keras banget di Eropa. Orang² membacanya dan mereka jadi tahu apa yang sebenarnya terjadi di negara Islam dan mengapa para abang membunuh saudara² perempuan mereka gara² masalah kehormatan (honor killing). Mengapa Muslim saling bunuh.
CP:
Jadi kau berpendapat bahwa Presiden Obama seharusnya bicara dengan nada lain pada negara Islam?
James:
So pasti. Orang yang punya pengaruh sebesar itu seharusnya memberi pesan yang lain. Dia seharusnya bersimpati dengan orang² yang dipenjara yang mungkin mendengar pidatonya. Tapi dia tak membela orang² tertindas sama sekali.
CP:
Di bawah Presiden Bush terjadi banyak ketegangan antara dunia Muslim dan AS. Aku mengerti mengapa Presiden Obama mencoba mengurangi ketegangan dan berusaha bekerja sama. Apakah ini akan menolong menciptakan kedamaian?
James:
Udah pasti tidak. Aku sangat yakin dialog hanya bisa tercapai jika kedua belah pihak setuju satu bahwa mereka harus saling tolong dan mendengar pendapat pihak lain. Yang terjadi di masyarakat Barat sekarang bukan dialog tapi monolog doank. Mereka justru memperbolehkan Muslim membangun mesjid dan berlaku seenaknya di Eropa. Bagaimana dengan orang² Kristen? Negara² Islam tidak melakukan apapun untuk menolong umat Kristen di sana. Jadi ini tentunya bukan dialog dan tak menolong siapapun.
CP:
Sekarang bagaimana umat Kristen Barat bisa menolong para wanita yang menderita, yang kau sebut tadi?
James:
Para wanita ini tak punya apapun jika mereka melarikan diri dari rumah mereka. Mereka tak punya keluarga, duit, apapun. Yang mereka butuhkan adalah orang² yang mau menerima mereka sebagai keluarga sendiri. Mereka tidak selalu mau pergi ke organisasi perlindungan karena mereka pikir hanya wanita sial saja yang pergi ke tempat seperti itu. Yang mereka butuhkan adalah keluarga yang mau melindungi mereka.
Contohnya, aku sekarang tak hidup di apartemenku. Aku hidup bersama teman²ku di Jerman karena aku terus berpindah apartemen sejak muncul ancaman bunuh dari ayahku. Aku sudah pindah selama 16 kali sejak tahun 2001, dan sekarang aku hidup bersama teman²ku. Aku gak punya apartemen dan aku bertanya pada Tuhan ke manakah aku harus pergi nanti.
Hari ini aku membaca tulisan Rasul Paulus. Aku bisa merasakan caranya dia hidup. Sang Rasul memberiku banyak harapan karena cara hidupnya yang berpindah membuatku merasa tidak sendirian. Rasul Paulus juga ditindas keras dan aku tidak dipenjara, aku punya pengaruh luas di Jerman, orang² membaca bukuku.
Yang kami butuhkan adalah orang² Kristen yang mau bicara tentang penindasan terhadap umat Kristen dan mau menerima mereka yang tertindas sebagai keluarga mereka.
Sungguh sukar hidup tanpa ayah, ibu, dan harus meninggalkan semuanya. Aku sering sekali menangis dan merasa sendirian. Beberapa hari yang lalu aku berkata, “Tuhan, aku merasa tak ada seorang pun yang bisa mengerti apa yang kualami karena tak ada satu pun orang di masyarakat Barat yang mengalami perlakukan seperti ini.” Yakni penindasan yang dilakukan keluarga Muslim terhadap anggota keluarga yang meninggalkan Islam dan memilih Yesus.
Ketika aku mendirikan organisasiku, kami mendapat banyak tekanan dari pihak Muslim, tapi aku maju teruuus. Aku berkata Tuhan membutuhkan para wanita yang berani maju untuk melakukan pekerjaanNya. Makanya aku berkata, “Baiklah Tuhan, aku akan berlaku seperti Ratu Esther, ‘jika memang udah saatnya mati, maka mati saja.’ Tapi sebelum mati aku ingin membantu para wanita Muslim.”
CP:
Kau bicara tentang perbedaan besar pada Islam dan Kristen dalam memperlakukan wanita, terutama dari cara Yesus memperlakukan wanita. Apakah kau bisa menjelaskan perbedaan besar ini dan alasan lain mengapa kau ingin mengikut Yesus?
James:
Aku dulu adalah pengikut Islam yang sungguh² karena Tuhan itu sangat penting bagiku. Aku mencoba sekuat tenaga untuk menyenangkan Allah, tapi Allah kok tidak menjawab pertanyaanku sama sekali, padahal aku telah kerja keras untuk menyenangkannya.
Suatu hari aku bicara dengan teman sekelas. Aku berkata, “Aku punya banyak banget masalah di rumah dan aku tak tahu harus berbuat apa.” Teman pria ini berkata padaku, “Kau harus berdoa.” Aku jawab, “Aku sholat lima waktu sehari dan kau orang Kristen hanya berdoa di hari Minggu saja.” Dia berkata, “Iya, tapi kayaknya kau berdoa pada tuhan yang salah.”
Di hari Natal, dia memberiku sebuah Alkitab. Di malam hari aku duduk di ranjang, saat itu orangtuaku sudah pada tidur. Aku berdoa pada Allah, “Siapakah kau ya Allah? Apakah kamu itu Yesus? Atau Mamad?” Aku begitu bingung karena di dunia ini terdapat banyak sekali agama. Lalu aku merasa harus membuka Alkitab. Ketika aku masih kecil aku mendengar bahwa jika kau membuka dan membaca Alkitab maka kau akan terjangkit penyakit kanker. Tapi aku tetap saja merasakan dengan jelas bahwa aku harus membuka Alkitab itu.
Ketika aku membuka Alkitab, aku langsung membaca tulisan yang berkata “siapapun yang mencari aku dengan hati yang tulus akan menemukanku.” Bagiku, itulah jawaban atas pertanyaanku. Aku bertanya siapakah Tuhan, dan Dia menjawab pertanyaanku.
Setelah itu aku bertanya mengapa hal ini tak terjadi pada Qur’an, meskipun aku membaca Qur’an setiap hari. Padahal aku baru saja untuk pertama kali membuka Alkitab, dan “jreng” jawabannya langsung muncul. Setelah itu aku mulai membaca Perjanjian Baru dan salah seorang tokoh Alkitab yang begitu menyentuh hatiku adalah Yesus.
Contohnya nih, ketika seorang wanita akan dirajam, Yesus justru menjadi pelindungnya. Aku merasa sangat senang ketika membaca Yesus bicara pada para wanita, mereka tidak perlu dibunuh ketika mereka datang padanya, atau tidak dipukul, dll. Nabi Muhammad di usia 50 tahunan nikah sama Aisyah yang baru berusia 9 tahun. Inilah contoh yang diikuti orangtuaku, tapi Yesus tidak berbuat seperti itu.
CP:
Apakah cara terbaik bagi orang Kristen untuk membagi pesan Kristen pada umat Muslim? Katamu bagi dirimu adalah Alkitab dan teman Kristen?
James:
Kupikir setiap orang berbeda ya. Rasanya tak ada satu resep yang manjur. Tapi kupikir yang berakibat jelas bagi Muslim adalah orang² Kristen yang tahu akan iman mereka dan berani mempertahankannya dan membela hak² mereka. Karena jika orang Kristen membiarkan saja Muslim berbuat semaunya dan tidak bicara tentang bagaimana Muslim merusak gereja, maka Muslim mengira umat Kristen itu lemah dan mereka kuat. Inilah sebabnya mengapa Muslim ingin membuat setiap negara jadi negara Islam. Orang Kristen harus berani dan maju bicara dengan lantang, “Denger nih. Aku mengasihi kamu, kamu boleh tinggal di negara barat kafir, tapi kamu harus mengikuti UU negara kafir ini dan jika tidak mau, maka silakan cabut saja.”
http://www.christianpost.com/news/interviewex-muslim-on-faith-womens-right-obama-45011/
http://sabatinajames.com/about-sabatina-e-v/
http://sabatinajames.com/
CP:
Apakah ada hal lain yang ingin kau tambahkan?
James:
Cara hidup kita berakibat besar pada Muslim. Contohnya, dengan teman kelasku yang Kristen itu. Dia adalah satu²nya orang yang benar² tahu akan Alkitab. Kristen lain hanya pergi ke gereja saat hari Natal saja. Dulu kupikir, “Kami umat Muslim harus membawa mereka pada Islam karena mereka tak beragama.”
Kita punya pesan tentang harapan dan kita harus membawa pesan ini pada dunia Muslim. Banyak sekali Muslim yang hidupnya sangat susah, contohnya di rumah² suaka. Yesus selalu menolong orang, dan lalu orang² berkata hal yang baik tentang Dia. Janganlah hanya bicara tentang pengampunan dan rahmat, tapi lakukan apa yang kau ucapkan.
“Kiranya KEBENARAN Yang Memerdekakan Muslim/ah.”
TUHAN YESUS Memberkati kita semua
--- Demikian Sabatina James mengakhiri tanya jawab.
Salam Kasih dan Persahabatan. Tetapi semangat menjalani kehidupan ini. Tetap saling mengasihi sesama manusia apapun keyakinannya. Tuhan Yesus Memberkati kita semua. Amen.
WAWANCARA SABATINA JAMES TENTANG IMAN, HAK ASASI WANITA.
Video-Video Youtube Kesaksian Sabatina James yang Telah Murtad Masuk Kristen
Sabatina James: My flight from an arranged marriage
Sabatina James Interview 2010
https://www.youtube.com/watch?v=f0ZVFFHtzJQ
Oleh Michelle A. Vu , Christian Post Reporter
May 4, 2010|1:29 pm
Sabatina James, ikut Yesus Kristus, hidup dengan menanggung resiko yang berbahaya. Dia harus berpindah-pindah tempat selama 16 kali sejak tahun 2001 karena ancaman mati padanya sebagai murtadin. Dia sekarang hidup di tempat rahasia di Eropa di bawah perlindungan polisi.
James bicara dengan The Christian Post dengan menggunakan telpon genggam yang bisa dibuang setelah pakai. Penulis buku best seller My Fight for Faith and Freedom dan pendiri organisasi kemanusiaan, Sabatian EV, bicara terus terang tentang iman Kristennya, perjuangannya menegakkan hak azasi wanita dan apa pendapatnya tentang Presiden Obama dalam berhubungan dengan negara² Islam.
Berikut adalah ringkasan wawancara.
CP:
Berapakah usiamu sekarang?
James:
Aku berusia 27 tahun.
CP:
Dalam bukumu kau berbicara tentang pandangan Islam terhadap wanita dan bagaimana pria Muslim memperlakukan wanita berdasarkan ajaran² Qur’an. Jadi benar sudah apa yang dikatakan para pengritik Islam – bahwa agama ini mengajar umatnya untuk memukuli istri, wanita itu tak ada harganya, dan syahid merupakan cara masuk surga dan mendapatkan para perawan yang telah menunggu mereka?
James:
Ya begitulah, Qur’an mengatakan di Sura 4:34 bahwa jika istrimu tak taat, maka kau boleh menaboknya. Itu memang benar pernyataan Qur’an. Di negara² Islam seperti Pakistan, Afghanistan, diterapkan hukum Syariah. Hukum Syariah ini berasal dari Qur’an dan begitulah yang mereka terapkan. Mereka mengambil ayat² Qur’an dan mengatakan apa yang tertulis di Qur’an lah yang mengharuskan wanita untuk taat dan jika tidak taat maka suami boleh menaboknya. Begitulah faktanya.
Sabatina EV itu adalah organisasiku dan banyak banget Muslimah yang datang pada kami. Kami mengenal para gadis muda yang dipaksa nikah di usia 13 tahun. Di Hamburg, contohnya, ada seorang gadis Afghanistan yang dipaksa nikah di usia 13 tahun. Tapi orang gak mau bicara tentang hal ini karena jika kau kritis akan islam maka orang² akan menuduhmu sebagai rasis. Tapi sebenarnya ini bukan tentang ras, tapi tentang hak azasi manusia. Jika kau hidup di negara demokrasi maka kau harus menegakkan hak azasi manusia, tak peduli apakah agamamu memperbolehkanmu untuk menaboki istrimu.
Ketika aku masih kecil, aku bercita-cita mati demi Allah – seperti pembom bunuh diri itu lho. Aku gak tahu apa yang akan kudapat di surga, tapi aku yakin itulah satu²nya masuk surga karena memang tak ada jaminan bagi Muslim untuk tahu apakah Awlo akan mengampuni mereka atau tidak. Jika kau mati bagi Allah maka kau dan keluargamu dijamin masuk surga; begitulah apa yang kami pelajari di sekolah² Qur’an. Aku berusia 10 tahun ketika baca Qur’an. Kakekku saat itu baru mati dan dia adalah seorang ulama. Aku belajar Qur’an darinya dalam bahasa Arab. Hal itu normal bagi Muslim.
Ketika aku berusia 10 tahun, aku pindah ke Austria dan sejak itu aku yakin bahwa aku tidak mau mati. Tapi hatiku sih tetap berhasrat suatu hari Allah akan memberiku kekuatan untuk mati demi Allah; bahwa aku akan membunuh kafir dan masuk surga. Itu memang impian normal Muslim.
CP:
Jadi bahkan anak kecil Muslim yang tak mengikuti sekolah ekstrim Qur’an di masyarakat ternyata juga punya pikiran untuk mati sebagai pembom bunuh diri?
James:
Iya. Masyarakat Muslim-ku memang demikian. Aku berasal dari Pakistan dan polisi kafir yang melindungiku sekarang (di Eropa) berkata bahwa Pakistan adalah negara yang paling berbahaya di dunia.
Aku berada di Pakistan tahun 2008 dan aku banyak menangis di sana, rasanya bagai kiamat saja. Keadaan luar biasa jeleknya bagi orang Kristen dan wanita. Aku mewawancara seorang wanita dan dia kehilangan putranya yang ditangkap tentara Pakistan. Putranya ini Kristen dan difitnah membunuh seorang Muslim. Padahal pembunuhnya adalah orang Muslim juga. Para tentara mengangkapnya dan dia dijebloskan ke penjara. Mereka memukulinya, menyodominya, dan lalu menggantungnya.
Ketika ayah anak ini menemukan dia di penjara dan tahu bagaimana nasibnya, sang ayah tak kuat menerima kenyataan sehingga menderita serangan jantung dan mati. Aku mewawancara sang ibu. Sungguh sukar keadaan yang mereka alami. Putra mereka yang meninggal baru saja bertunangan dengan seorang gadis dan sekarang gadis ini tak mau bicara lagi. Aku tak bisa berbuat apapun.
Di hari aku bertemu dengan sang ibu, aku melihat bagaimana pedihnya tangisan sang ibu dan aku melihat kesedihan sang tunangan wanita. Aku begitu malu dengan apa yang kudengar dari negara² barat tentang berdialog dengan Islam dan kami harus hidup damai satu dengan yang lain. Sungguh keadaan yang terbalik. Di negara Islam jutaan orang disiksa, orang² kafir takut bicara, takut akan Islam.
CP:
Di bukumu, kau bicara bahwa keluargamu tinggal di negara Barat tapi mereka tetap saja menerapkan Syariah padamu – honor killing (bunuh anak sendiri yang dianggap melanggar Islam dan mempermalukan keluarga). Kenapa kok gitu? Mengapa mereka bisa berpikir untuk tetap hidup di bawah hukum Islam sedangkan itu melanggar UU di negara mereka hidup?
James:
Para Muslim yang hidup di negara Kristen mengira mereka dikelilingi umat Kristen. Tapi mereka lalu melihat orang² barat ini tak hidup secara Kristen – contohnya, gak pernah ke gereja, tidak percaya Tuhan, menghina Yesus – bagi Muslim hal ini memuakkan. Bagi Muslim, Tuhan itu maha tinggi. Tuhan itu maha penting dalam kehidupan masyarakat Muslim. Jika orang Kristen berani mengejek Tuhan, gak peduli akan Tuhan, maka Muslim merasa harus melindungi anak² mereka dengan hukum Islam agar anak² itu tak tumbuh jadi seperti para kafir Eropa.
Inilah sebabnya mereka berusaha agar putri² mereka tidak jadi seperti para gadis Jerman atau Eropa yang suka ngesex sebelum nikah. Masyarakat Muslim gak mau yang kayak gitu. Mereka tak bisa membedakan mana umat Kristen yang taat atau Kristen KTP yang datang ke gereja saat hari Natal ajah.
Ketika umat Muslim masuk ke Eropa atau Amerika, mereka tidak meninggalkan cara berpikir Islamiah atau agama Islam mereka di airport. Mereka membawa iman Islam itu dan ingin hidup dengan cara Islamiah. Mereka datang ke negara barat demi duit barat dan lahan pekerjaan yang lebih baik. Jika tidak begitu, tentunya mereka tak akan serius bikin mesjid segala.
Ketika aku berada di Amerika, aku mendengar pidato Presiden Obama ketika dia berada di Mesir. Aku tadinya berharap dia akan bicara tentang penindasan yang dilakukan Muslim terhadap Kristen di Mesir. Tapi dia gak ngomong sepatah kata pun akan hal itu. Dia malah bicara tentang sang Nabi suci, tentang Qur’an, dan aku jadi muak berat karena pikirku, “Okelah kau bicara tentang si Mamad, tapi kenapa kau tidak melindungi orang Kristen di sana? Katamu kau kan Kristen tuh dan kau jelas punya banyak pengaruh. Mengapa kau tidak mengatakan, ‘kami ingin dialog dengan negara² Islam dan kalian boleh kan mendirikan mesjid di negara kafir, jadi kalian pun seharusnya mengijinkan kafir mendirikan mesjid di Mesir dan gak boleh menyiksa umat Kristen di penjara.’ ” Tapi dia tak mengatakan hal itu sepatah kata pun. Inilah sebabnya gw benci politik. Politikus itu tak peduli akan penderitaan orang yang sebenarnya dan pelanggaran HAM.
CP:
Di bukumu kau berkata bahwa pidato Obama di Kairo bagaikan tamparan di wajah umat Kristen yang ditindas. Apakah kau merasa banyak umat Kristen yang berperasaan sama seperti dirimu?
James:
Iya dong, sebab aku kan salah satu dari mereka. Aku beralih agama ke Kristen. Aku sendiri hidup di bawah perlindungan polisi. Aku berada di Amerika sebelum lari ke Jerman sebentar karena alasan keamanan. Aku hidup bersembunyi dengan keluarga Pakistan Kristen. Aku benar² tak punya rumah. Aku pindah dari satu apartemen ke apartemen lain dan aku tak punya teman bicara. Aku banyak berhubungan dengan teman² ex-Muslim yang lalu memeluk Kristen dan mereka semua berkata, “Tahu gak, tak ada yang memperjuangkan hak² kita.”
Karena itulah aku sangat senang sewaktu mengetahui bukuku laku keras banget di Eropa. Orang² membacanya dan mereka jadi tahu apa yang sebenarnya terjadi di negara Islam dan mengapa para abang membunuh saudara² perempuan mereka gara² masalah kehormatan (honor killing). Mengapa Muslim saling bunuh.
CP:
Jadi kau berpendapat bahwa Presiden Obama seharusnya bicara dengan nada lain pada negara Islam?
James:
So pasti. Orang yang punya pengaruh sebesar itu seharusnya memberi pesan yang lain. Dia seharusnya bersimpati dengan orang² yang dipenjara yang mungkin mendengar pidatonya. Tapi dia tak membela orang² tertindas sama sekali.
CP:
Di bawah Presiden Bush terjadi banyak ketegangan antara dunia Muslim dan AS. Aku mengerti mengapa Presiden Obama mencoba mengurangi ketegangan dan berusaha bekerja sama. Apakah ini akan menolong menciptakan kedamaian?
James:
Udah pasti tidak. Aku sangat yakin dialog hanya bisa tercapai jika kedua belah pihak setuju satu bahwa mereka harus saling tolong dan mendengar pendapat pihak lain. Yang terjadi di masyarakat Barat sekarang bukan dialog tapi monolog doank. Mereka justru memperbolehkan Muslim membangun mesjid dan berlaku seenaknya di Eropa. Bagaimana dengan orang² Kristen? Negara² Islam tidak melakukan apapun untuk menolong umat Kristen di sana. Jadi ini tentunya bukan dialog dan tak menolong siapapun.
CP:
Sekarang bagaimana umat Kristen Barat bisa menolong para wanita yang menderita, yang kau sebut tadi?
James:
Para wanita ini tak punya apapun jika mereka melarikan diri dari rumah mereka. Mereka tak punya keluarga, duit, apapun. Yang mereka butuhkan adalah orang² yang mau menerima mereka sebagai keluarga sendiri. Mereka tidak selalu mau pergi ke organisasi perlindungan karena mereka pikir hanya wanita sial saja yang pergi ke tempat seperti itu. Yang mereka butuhkan adalah keluarga yang mau melindungi mereka.
Contohnya, aku sekarang tak hidup di apartemenku. Aku hidup bersama teman²ku di Jerman karena aku terus berpindah apartemen sejak muncul ancaman bunuh dari ayahku. Aku sudah pindah selama 16 kali sejak tahun 2001, dan sekarang aku hidup bersama teman²ku. Aku gak punya apartemen dan aku bertanya pada Tuhan ke manakah aku harus pergi nanti.
Hari ini aku membaca tulisan Rasul Paulus. Aku bisa merasakan caranya dia hidup. Sang Rasul memberiku banyak harapan karena cara hidupnya yang berpindah membuatku merasa tidak sendirian. Rasul Paulus juga ditindas keras dan aku tidak dipenjara, aku punya pengaruh luas di Jerman, orang² membaca bukuku.
Yang kami butuhkan adalah orang² Kristen yang mau bicara tentang penindasan terhadap umat Kristen dan mau menerima mereka yang tertindas sebagai keluarga mereka.
Sungguh sukar hidup tanpa ayah, ibu, dan harus meninggalkan semuanya. Aku sering sekali menangis dan merasa sendirian. Beberapa hari yang lalu aku berkata, “Tuhan, aku merasa tak ada seorang pun yang bisa mengerti apa yang kualami karena tak ada satu pun orang di masyarakat Barat yang mengalami perlakukan seperti ini.” Yakni penindasan yang dilakukan keluarga Muslim terhadap anggota keluarga yang meninggalkan Islam dan memilih Yesus.
Ketika aku mendirikan organisasiku, kami mendapat banyak tekanan dari pihak Muslim, tapi aku maju teruuus. Aku berkata Tuhan membutuhkan para wanita yang berani maju untuk melakukan pekerjaanNya. Makanya aku berkata, “Baiklah Tuhan, aku akan berlaku seperti Ratu Esther, ‘jika memang udah saatnya mati, maka mati saja.’ Tapi sebelum mati aku ingin membantu para wanita Muslim.”
CP:
Kau bicara tentang perbedaan besar pada Islam dan Kristen dalam memperlakukan wanita, terutama dari cara Yesus memperlakukan wanita. Apakah kau bisa menjelaskan perbedaan besar ini dan alasan lain mengapa kau ingin mengikut Yesus?
James:
Aku dulu adalah pengikut Islam yang sungguh² karena Tuhan itu sangat penting bagiku. Aku mencoba sekuat tenaga untuk menyenangkan Allah, tapi Allah kok tidak menjawab pertanyaanku sama sekali, padahal aku telah kerja keras untuk menyenangkannya.
Suatu hari aku bicara dengan teman sekelas. Aku berkata, “Aku punya banyak banget masalah di rumah dan aku tak tahu harus berbuat apa.” Teman pria ini berkata padaku, “Kau harus berdoa.” Aku jawab, “Aku sholat lima waktu sehari dan kau orang Kristen hanya berdoa di hari Minggu saja.” Dia berkata, “Iya, tapi kayaknya kau berdoa pada tuhan yang salah.”
Di hari Natal, dia memberiku sebuah Alkitab. Di malam hari aku duduk di ranjang, saat itu orangtuaku sudah pada tidur. Aku berdoa pada Allah, “Siapakah kau ya Allah? Apakah kamu itu Yesus? Atau Mamad?” Aku begitu bingung karena di dunia ini terdapat banyak sekali agama. Lalu aku merasa harus membuka Alkitab. Ketika aku masih kecil aku mendengar bahwa jika kau membuka dan membaca Alkitab maka kau akan terjangkit penyakit kanker. Tapi aku tetap saja merasakan dengan jelas bahwa aku harus membuka Alkitab itu.
Ketika aku membuka Alkitab, aku langsung membaca tulisan yang berkata “siapapun yang mencari aku dengan hati yang tulus akan menemukanku.” Bagiku, itulah jawaban atas pertanyaanku. Aku bertanya siapakah Tuhan, dan Dia menjawab pertanyaanku.
Setelah itu aku bertanya mengapa hal ini tak terjadi pada Qur’an, meskipun aku membaca Qur’an setiap hari. Padahal aku baru saja untuk pertama kali membuka Alkitab, dan “jreng” jawabannya langsung muncul. Setelah itu aku mulai membaca Perjanjian Baru dan salah seorang tokoh Alkitab yang begitu menyentuh hatiku adalah Yesus.
Contohnya nih, ketika seorang wanita akan dirajam, Yesus justru menjadi pelindungnya. Aku merasa sangat senang ketika membaca Yesus bicara pada para wanita, mereka tidak perlu dibunuh ketika mereka datang padanya, atau tidak dipukul, dll. Nabi Muhammad di usia 50 tahunan nikah sama Aisyah yang baru berusia 9 tahun. Inilah contoh yang diikuti orangtuaku, tapi Yesus tidak berbuat seperti itu.
CP:
Apakah cara terbaik bagi orang Kristen untuk membagi pesan Kristen pada umat Muslim? Katamu bagi dirimu adalah Alkitab dan teman Kristen?
James:
Kupikir setiap orang berbeda ya. Rasanya tak ada satu resep yang manjur. Tapi kupikir yang berakibat jelas bagi Muslim adalah orang² Kristen yang tahu akan iman mereka dan berani mempertahankannya dan membela hak² mereka. Karena jika orang Kristen membiarkan saja Muslim berbuat semaunya dan tidak bicara tentang bagaimana Muslim merusak gereja, maka Muslim mengira umat Kristen itu lemah dan mereka kuat. Inilah sebabnya mengapa Muslim ingin membuat setiap negara jadi negara Islam. Orang Kristen harus berani dan maju bicara dengan lantang, “Denger nih. Aku mengasihi kamu, kamu boleh tinggal di negara barat kafir, tapi kamu harus mengikuti UU negara kafir ini dan jika tidak mau, maka silakan cabut saja.”
dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." (Yohanes 8 : 32).Sumber lain:
http://www.christianpost.com/news/interviewex-muslim-on-faith-womens-right-obama-45011/
http://sabatinajames.com/about-sabatina-e-v/
http://sabatinajames.com/
CP:
Apakah ada hal lain yang ingin kau tambahkan?
James:
Cara hidup kita berakibat besar pada Muslim. Contohnya, dengan teman kelasku yang Kristen itu. Dia adalah satu²nya orang yang benar² tahu akan Alkitab. Kristen lain hanya pergi ke gereja saat hari Natal saja. Dulu kupikir, “Kami umat Muslim harus membawa mereka pada Islam karena mereka tak beragama.”
Kita punya pesan tentang harapan dan kita harus membawa pesan ini pada dunia Muslim. Banyak sekali Muslim yang hidupnya sangat susah, contohnya di rumah² suaka. Yesus selalu menolong orang, dan lalu orang² berkata hal yang baik tentang Dia. Janganlah hanya bicara tentang pengampunan dan rahmat, tapi lakukan apa yang kau ucapkan.
“Kiranya KEBENARAN Yang Memerdekakan Muslim/ah.”
TUHAN YESUS Memberkati kita semua
--- Demikian Sabatina James mengakhiri tanya jawab.
Salam Kasih dan Persahabatan. Tetapi semangat menjalani kehidupan ini. Tetap saling mengasihi sesama manusia apapun keyakinannya. Tuhan Yesus Memberkati kita semua. Amen.
I really like. And love Jesus, too
ReplyDelete