"Terjadi keributan besar-besaran. Ketika terjadi bacok-bacokan itu terjadi dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore. Akibat ribut itu akhirnya kantor camat Tanah Abang dibakar. Saya yang pimpin keributan itu." kata Niko. Karena overdosis, Nikko menghadap maut. Apa yang terjadi kemudian ? Silahkan membaca kesaksian seru berikut ini.
Niko Kilikili - Mantan Panglima Kegelapan takluk pada Yesus. From Darkness To Light. Niko Kilikili : ex-Panglima kegelapan bertobat. Shallom, begini kisahnya :
Kesaksian ini diawali dengan pernyataan Niko : "Menghabisi nyawa orang adalah suatu kebanggan bagi saya."
Seorang preman berhati bengis, menuntut darah musuh-musuhnya dengan membawa senjata yang siap membawa bencana.
Niko : "Samurai saya sudah banyak memakan jiwa dan banyak darah tertumpah dengan samurai saya. Samurai dan pedang itu saya asah tiap hari supaya siap siaga setiap waktu. Kalau ada serangan, saya siap menggunakan."
Niko, Panglima Kegelapan yang sudah takluk pada Yesus ini dulunya ditakuti lawan dan disegani oleh kawan. Nama Niko Kilikili sudah tidak asing lagi bagi mereka yang tinggal di sebuah kawasan niaga Jakarta Pusat. Pria yang sering mengenakan jubah putih dan menyandang samurai ini mendapat julukan "panglima."
Niko : "Jadi saya memakai jubah putih itu sebetulnya untuk melindungi samurai. Tapi karena orang sering melihat memakai jubah putih itu akhirnya saya dipanggil 'panglima.' Dan saya bangga dengan julukan itu. Karena merasa panglima ini adalah gelar yang diberikan kepada seseorang yang punya nama besar."
Ketenaran Niko di Jakarta sangat disegani baik oleh lawan maupun oleh lawan.
"Kalau ada orang yang salah sedikit, saya bisa pukul. Kalau ada orang yang lihat saya sedikit, langsung saya pukul. Semua orang takut sama saya, dan saya menganggap bahwa diri saya adalah orang yang terhebat," tutur Niko.
Setiap hari Niko dan kawan-kawannya harus siap bertikai demi mempertahankan lahannya dari geng lain.
Niko : "Suatu saat mereka datang dan coba mengusir kami dari lokasi. Ya namanya piring nasi, ya piring nasi kami harus kami pertahankan, supaya jangan pecah. Kalau piring nasi kami dipecah lalu kami makan darimana ? begitu. Akhirnya kami ribut."
Aksi bentrok tidak terelakkan lagi. Bagi Niko mempertahankan sepiring nasi itu jauh lebih penting.
Niko : "Ketika perang kebanyakan ada korban jiwa, bisa ditangan saya, mungkin begitu dia jatuh ada yang hantam. Bisa juga ditangan orang lain, begitu dia jatuh karena kami geram, kesal, maka saat dia jatuh .... udah ... dilampiaskan semuanya disitu."
Kemenangan itu membuat kesombongan yang semakin menjadi-jadi didalam diri Niko.
Niko : "Jadi mau buat apa-apa gitu bebas. Sebagai penguasa di tanah abang kami melakukan apa saja."
Tidak ada belas kasihan dalam hati Niko bagi lawan-lawannya. Demi mempertahankan wilayahnya dari incaran geng lain, perang antar geng kembali meletus. Kali ini Niko dan anak buahnya harus berjuang sampai titik darah penghabisan. Namun suatu saat, sebuah bentrokan antar preman membuatnya melakukan kesalahan fatal.
Niko : "Terjadi keributan besar-besaran. Ketika terjadi bacok-bacokan itu terjadi dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore."
Teriakan demi teriakan saling bersahut-sahutan. Suara bacokan berkali-kali terdengar di telinga. Suasana tegang semakin mencekam menyelimuti daerah tersebut.
"Akibat ribut itu akhirnya kantor camat Tanah Abang dibakar. Saya yang pimpin keributan itu."
Karena kejadian itu Niko dan anak buahnya digelandang ke kantor polisi. Namun setelah diproses tak berapa lama kemudian, mereka bebas kembali. Keluar masuk penjara karena perkelahian adalah sesuatu yang biasa bagi Niko. Beberapa waktu kemudian sang panglimapun harus berhadapan kembali dengan aparat.
Niko : "Pada malam itu ada satu oknum aparat yang mabuk dan tidak bisa kontrol diri. Akhirnya terjadi keributan, kami ribut, lalu terjadilah korban." ... "Saya tidak pernah menculik orang. Ini filosofi. Saya tidak pernah menculik orang."
Karena ia memang di didik oleh sang ayah untuk itu.
Niko : "Papa saya ini kan seorang pegulat dan hobinya berantem. Dia senang kalau anak-anaknya itu menjadi jagoan. Papa sering kasih motivasi kami."
Rupanya papanya ini juga seorang yang keras.
"Niko, kalau kamu mencuri, pakai narkoba atau memperkosa orang dan masuk penjara, kamu tidak akan papa bela. Tapi kalau kamu bunuh orang, sampai dimanapun kamu akan papa bela," demikian pesan ayah Niko yang rupanya juga seorang jagoan.
Niko : "Ketika saya dipukul dan berdarah, saya tahan nangis. Ketika saya bertarung dan menang maka saya digendong ayah, dia berkata 'bagus Niko, bagus. kamu harus jadi jagoan.' Dan saat saya menjadi panglima dan melakukan pembunuhan itu, saya benar-benar merasa seperti seorang jagoan."
Akhirnya sepak terjang Niko dan kawan-kawannya memakan korban seorang aparat yang sedang mabuk itu. Kemudian teman-teman oknum aparat itu mendatangi Niko dan siap menghabisi nyawanya.
Niko : "Saya dikeroyok saat itu. Dikeroyok dengan segala macam senjata. Saya sudah siap dengan segalanya. Waktu itu saya berpikir bagaimana saya bisa terlepas dari keroyokan mereka, sehingga waktu saya dikeroyok saya mundur-mundur saja sambil menangkis. Sampai akhirnya saya jatuh. "
Beruntung bagi Niko, saat dia mulai tidak berdaya, musuh-musuhnya meninggalkan dia dalam keadaan yang sangat mengenaskan. Beberapa waktu kemudian dikarenakan suatu kejadian maka membuat naluri membunuhnya sangat bergejolak didalam hatinya.
Niko : "Waktu itu teman dekat saya mau ambil jatah di stasiun kereta api dan kemudian dikeroyok. Kemudian ada adik-adik yunior saya datang dan kasih tahu. Bang Anis dikeroyok dan waktu itu saya langsung cabut samurai dan saya lari kesana. Kemudian saya melihat bahwa mata bang Anis ini ditikam pakai paku. Kemudian kepala Anis dibalok dan badannya dibacok. Anis dibacok dari kaki sampai ke seluruh badan. Pada saat saya melihat sahabat saya bernama Anis ini dibacok dan seperti itu keadaannya, maka timbul dalam hati rasa persaudaraan dan saya merasa dia yang dihantam tapi saya yang rasa sakit. Kalau preman satu sakit maka semuanya sakit. Ada istilah potong di kuku rasa di daging begitu. Jadi bela benar-benar. Dan saya harus balas. Apapun yang terjadi saya harus balas. Kalau seandainya orang itu mati maka orang itu harus mati."
Kemudian mereka mengejar kelompok preman yang dicurigai sebagai pembunuh Anis.
Niko : "Ya, kami bakar rumah-rumah dan kemudian motor-motor itu. Ada motor-motor yang kami bakar juga di tanah abang."
Dendam kesumat yang berurat akar didalam dada Niko semakin memuncak saat pimpinan geng lain itu kabur entah kemana. Namun beberapa hari kemudian sebuah peristiwa sadispun terjadi.
Niko : "Orang yang pimpin pengeroyokan itu akhirnya kami ketemukan juga dan matanya kami buat buta kedua-duanya."
Semua musuh dibuat tidak berdaya dan tidak ada musuh yang berani menyentuh daerah kekuasaan mereka. Dengan nama besar yang dimiliki Niko, sebuah perusahaan mempercayai Niko untuk mengeksekusi sebuah rumah bermasalah.
Niko : "Sampai disana mereka sudah pakai preman lain lagi. Kemudian mereka maki-maki kami. Akhirnya kami usir keluar. Pokoknya saya perang dan dapat uang, begitu pikirannya. Kalau saya kalah, saya sudah dibayar kemudian saya kalah maka kepercayaan orang akan hilang. Dan yang saya pikirkan itu saya harus menang. Kalau saya kalah maka orang tidak percaya lagi sama saya, maka dia tidak mau kasih kerjaan lagi. Kemudian kami berkelahi dan semua orang dirumah itu lari, termasuk preman-preman yang mereka pakai. Akhirnya kami eksekusi rumah itu."
Setelah berhasil mengeksekusi rumah tersebut Niko dan anak buahnya mulai dipercaya, baik oleh para pengusaha maupun orang-orang penting untuk membantu menyelesaikan masalah mereka. Artinya tindakannya yang brutal dan bengis ternyata dimanfaatkan para pengusaha untuk memperlancar urusan mereka. Hal ini membuat uang dengan mudahnya mengalir ke kantong Niko, dan membuatnya ia makin bergelimang dosa. Minuman keras, narkoba dan seks bebas mewarnai hidupnya setiap hari.
Niko : "Saya dapat uang dengan mudah dan gampang. Uang itu adalah raja diatas segala raja. Sehingga bisa melakukan apa saja termasuk main wanita. Saya tidak tahu berapa wanita yang sudah berhubungan dengan saya. Sistem saya ya seperti itu, sistem nasi bungkus saja. Habis pakai buang."
Harta dan tahta mudah Niko dapatkan. Tapi tidak puas hanya disitu, Niko menggilai narkoba.
Niko : "Saat memakai narkoba itu memang happy. Tapi setelah minum, pakai obat ... begitu sudah hilang reaksi obatnya maka pikiran susah lagi. Kemudian saya berpikir kapan mempunyai hidup yang tenang, yang baik, yang aman. Punya keluarga, anak dan istri .... yang damailah ..."
Kenapa Niko melakukan semuanya itu ?
Niko : "Mengapa saya lakukan semua itu? Jawabannya sangat sederhana. Saya cuma ingin mencari damai sejahtera. Saya ingin cari kasih sayang. Sebenarnya saya ingin keluar dari lingkaran setan ini, tapi tidak bisa. Kayaknya berat sekali."
Hingga suatu hari, Niko ditawari inex dari Belanda. Saat ia mencobanya, sesuatu yang tak pernah diduganya terjadi.
"Saya pakai inex itu, tapi waktu saya pakai, ternyata saya over dosis."
Darah mengalir keluar dari telinga, mulut dan hidung Niko, ia pun segera dilarikan ke rumah sakit.
"Dalam perjalanan, dingin pelan-pelan mulai naik dari kaki hingga leher saya. Waktu dingin sudah mulai sampai leher, saya cuma ingat satu lagu sekolah minggu, "Yesus.. Yesus.. dokterku yang baik. Dokter dunia tak sama dengan Dia. Saya sakit DIa sembuhkan." Pada hal saya tidak pernah ingat lagu itu, sudah lama sekali saya tidak nyanyikan lagu itu. Tiba-tiba saya bisa ingat dan saya nyanyi lagu itu."
Di rumah sakit, seorang suster mendengar Niko menyanyikan lagu itu dengan suara yang kecil dan sudah mulai tidak jelas berkata-kata karena lidahnya sudah mulai kaku. Menyadari ajal sudah di depan mata, Niko meminta tolong pada sang suster untuk mendoakannya.
Niko : "Waktu saya nyanyikan lagu itu ada seorang suster yang mendengar kata Yesus. Karena waktu saya menyanyi itu sudah dalam keadaan tidak sadar dan tidak sadar, lidah saya juga sudah pendek, sudah pelo sehingga kata-kata saya tidak jelas. Kemudian saya bilang 'suster, tolong doakan saya karena sebentar lagi saya akan mati.' Kenapa saya bilang akan mati ? Karena saya tahu dosa apa yang saya lakukan. Semua dosa sudah saya lakukan, yang paling kecil dan paling besar sudah saya lakukan semua itu."
Semua keangkuhan Niko sang panglima saat itu hancur, runtuh dalam sekejab. Keangkuhan-nya takluk pada sentuhan sang Pencipta.
Niko : "Darah orang yang tertumpah saya ingat semuanya. Kemudian saya ketakutan. Saya begitu ketakutan dan saya pikir inilah kematian buat saya. Pada saat maut itu datang, saya sangat ketakutan. Saya sangat menyesal atas semua dosa-dosa yang telah saya lakukan." ---- catatan : Niko mendapatkan penglihatan akan dosa-dosanya.
Kegelapan menyelimuti Niko, dalam hatinya berkata bahwa ia pasti ke neraka.
Niko : "Kemudian saya rasa gelap, kemudian saya pikir sudah ke neraka ini pasti."
Samar-samar ia mendengar dokter mengatakan kepada suster bahwa waktu bagi Niko tinggal sebentar lagi.
Niko : "Waktu dokter bilang, 'Sebentar lagi!' Saya dengar suara dokter itu jauh sekali. Pada saat itulah saya langsung teriak kenceng-kenceng, " Tuhan Yesus tolong saya! Tuhan Yesus tolong saya! Tuhan Yesus tolong saya!" Waktu saya teriak seperti itu, suster berdoa. Selesai 'amin,' sepuluh menit kemudian dingin mulai turun berlahan-lahan. Dokter bingung, dokter bilang hal seperti ini belum pernah terjadi. Tapi itulah Tuhan Yesus yang ajaib."
Sungguh suatu mujizat yang luar biasa. Niko lepas dari cengkraman maut. Menyadari bahwa dirinya masih bernafas, Niko pun membuat sebuah keputusan penting yang akan mengubah jalan hidupnya.
Niko : "Waktu itu tahun 98 akhir, saya berkata, 'Tuhan, mulai saat ini dari ujung kaki sampai ujung rambut, aku serahkan bagi kemuliaan nama-Mu.' "
Pada akhirnya Panglima Kegelapan itupun takluk pada Yesus, pada kasih-Nya yang luar biasa. Niko akhirnya meninggalkan dunia preman dan bertobat sungguh-sungguh, namun hal ini bukanlah hal yang mudah karena ia di cap pengkhianat oleh rekan-rekannya. Keputusan Niko mendapatkan reaksi keras dari teman-temannya.
Niko : "Reaksi anak buah saya waktu saya bertobat bersama pemimpin saya, mereka menganggap saya sebagai seorang penghianat. Banyak orang yang membenci saya, tapi saya tidak peduli. Saya berpikir, lebih baik saya menyenangkan hati Tuhan dari pada menyenangkan hati manusia."
Saat ini Niko benar-benar mengabdikan dirinya untuk menolong orang-orang yang terjerat didalam dunia preman.
Niko : "Sebetulnya setelah saya bertobat, saya menikmati kasih Tuhan itu. Memang mengalami proses yang panjang. Tapi setelah saya benar-benar didalam Tuhan dan menikmati kasih Tuhan, saya bilang 'Tuhan, kalau saya tahu dulu saya ndak jadi preman .. Tuhan.' "
Namun perjuangan Niko tidak sia-sia, melalui proses yang panjang sekarang dia memprioritaskan Tuhan didalam hidupnya.
Sumber Kesaksian : Niko Kilikili - Jawaban.COM
NIKO SANG PANGLIMA KEGELAPAN
Niko : "Arti Yesus bagi hidup saya. Dia adalah prioritas didalam hidup saya. Karena saya merasa bahwa tanpa Tuhan Yesus saya tidak mampu hidup. Karena saya merasa tanpa Tuhan Yesus saya tidak mampu hidup. Karena pengorbanan Tuhan Yesus di kayu salib. Dengan kejahatan yang saya lakukan, tidak semestinya ... saya tidak layak dalam Kerajaan Sorga. Tapi Tuhan Yesus sudah mau mati di kayu salib untuk menebus dosa-dosa saya. Kasihnya tidak pernah terbatas didalam hidup saya."
Niko dulu adalah "panglima" bagi kerajaan kegelapan, namun kini ia menjadi tentara Tuhan yang berdampak dalam memperluas Kerajaan Allah.
--- Demikian Niko Kilikili mengakhiri kesaksiannya ...
Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat." (Lukas 5:32).Gambar diambil pada saat Niko memberikan kesaksian pada video pertobatan Moses Binur. Shalom, begini kesaksian (youtube full version) Niko Kilikili, mantan panglima kegelapan (preman tanah abang) takluk pada Yesus.
Niko Kilikili - Mantan Panglima Kegelapan takluk pada Yesus. From Darkness To Light. Niko Kilikili : ex-Panglima kegelapan bertobat. Shallom, begini kisahnya :
Kesaksian ini diawali dengan pernyataan Niko : "Menghabisi nyawa orang adalah suatu kebanggan bagi saya."
Seorang preman berhati bengis, menuntut darah musuh-musuhnya dengan membawa senjata yang siap membawa bencana.
Niko : "Samurai saya sudah banyak memakan jiwa dan banyak darah tertumpah dengan samurai saya. Samurai dan pedang itu saya asah tiap hari supaya siap siaga setiap waktu. Kalau ada serangan, saya siap menggunakan."
Niko, Panglima Kegelapan yang sudah takluk pada Yesus ini dulunya ditakuti lawan dan disegani oleh kawan. Nama Niko Kilikili sudah tidak asing lagi bagi mereka yang tinggal di sebuah kawasan niaga Jakarta Pusat. Pria yang sering mengenakan jubah putih dan menyandang samurai ini mendapat julukan "panglima."
Niko : "Jadi saya memakai jubah putih itu sebetulnya untuk melindungi samurai. Tapi karena orang sering melihat memakai jubah putih itu akhirnya saya dipanggil 'panglima.' Dan saya bangga dengan julukan itu. Karena merasa panglima ini adalah gelar yang diberikan kepada seseorang yang punya nama besar."
Ketenaran Niko di Jakarta sangat disegani baik oleh lawan maupun oleh lawan.
"Kalau ada orang yang salah sedikit, saya bisa pukul. Kalau ada orang yang lihat saya sedikit, langsung saya pukul. Semua orang takut sama saya, dan saya menganggap bahwa diri saya adalah orang yang terhebat," tutur Niko.
Setiap hari Niko dan kawan-kawannya harus siap bertikai demi mempertahankan lahannya dari geng lain.
Niko : "Suatu saat mereka datang dan coba mengusir kami dari lokasi. Ya namanya piring nasi, ya piring nasi kami harus kami pertahankan, supaya jangan pecah. Kalau piring nasi kami dipecah lalu kami makan darimana ? begitu. Akhirnya kami ribut."
Aksi bentrok tidak terelakkan lagi. Bagi Niko mempertahankan sepiring nasi itu jauh lebih penting.
Niko : "Ketika perang kebanyakan ada korban jiwa, bisa ditangan saya, mungkin begitu dia jatuh ada yang hantam. Bisa juga ditangan orang lain, begitu dia jatuh karena kami geram, kesal, maka saat dia jatuh .... udah ... dilampiaskan semuanya disitu."
Kemenangan itu membuat kesombongan yang semakin menjadi-jadi didalam diri Niko.
Niko : "Jadi mau buat apa-apa gitu bebas. Sebagai penguasa di tanah abang kami melakukan apa saja."
Tidak ada belas kasihan dalam hati Niko bagi lawan-lawannya. Demi mempertahankan wilayahnya dari incaran geng lain, perang antar geng kembali meletus. Kali ini Niko dan anak buahnya harus berjuang sampai titik darah penghabisan. Namun suatu saat, sebuah bentrokan antar preman membuatnya melakukan kesalahan fatal.
Niko : "Terjadi keributan besar-besaran. Ketika terjadi bacok-bacokan itu terjadi dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore."
Teriakan demi teriakan saling bersahut-sahutan. Suara bacokan berkali-kali terdengar di telinga. Suasana tegang semakin mencekam menyelimuti daerah tersebut.
"Akibat ribut itu akhirnya kantor camat Tanah Abang dibakar. Saya yang pimpin keributan itu."
Karena kejadian itu Niko dan anak buahnya digelandang ke kantor polisi. Namun setelah diproses tak berapa lama kemudian, mereka bebas kembali. Keluar masuk penjara karena perkelahian adalah sesuatu yang biasa bagi Niko. Beberapa waktu kemudian sang panglimapun harus berhadapan kembali dengan aparat.
Niko : "Pada malam itu ada satu oknum aparat yang mabuk dan tidak bisa kontrol diri. Akhirnya terjadi keributan, kami ribut, lalu terjadilah korban." ... "Saya tidak pernah menculik orang. Ini filosofi. Saya tidak pernah menculik orang."
Karena ia memang di didik oleh sang ayah untuk itu.
Niko : "Papa saya ini kan seorang pegulat dan hobinya berantem. Dia senang kalau anak-anaknya itu menjadi jagoan. Papa sering kasih motivasi kami."
Rupanya papanya ini juga seorang yang keras.
"Niko, kalau kamu mencuri, pakai narkoba atau memperkosa orang dan masuk penjara, kamu tidak akan papa bela. Tapi kalau kamu bunuh orang, sampai dimanapun kamu akan papa bela," demikian pesan ayah Niko yang rupanya juga seorang jagoan.
Niko : "Ketika saya dipukul dan berdarah, saya tahan nangis. Ketika saya bertarung dan menang maka saya digendong ayah, dia berkata 'bagus Niko, bagus. kamu harus jadi jagoan.' Dan saat saya menjadi panglima dan melakukan pembunuhan itu, saya benar-benar merasa seperti seorang jagoan."
Akhirnya sepak terjang Niko dan kawan-kawannya memakan korban seorang aparat yang sedang mabuk itu. Kemudian teman-teman oknum aparat itu mendatangi Niko dan siap menghabisi nyawanya.
Niko : "Saya dikeroyok saat itu. Dikeroyok dengan segala macam senjata. Saya sudah siap dengan segalanya. Waktu itu saya berpikir bagaimana saya bisa terlepas dari keroyokan mereka, sehingga waktu saya dikeroyok saya mundur-mundur saja sambil menangkis. Sampai akhirnya saya jatuh. "
Beruntung bagi Niko, saat dia mulai tidak berdaya, musuh-musuhnya meninggalkan dia dalam keadaan yang sangat mengenaskan. Beberapa waktu kemudian dikarenakan suatu kejadian maka membuat naluri membunuhnya sangat bergejolak didalam hatinya.
Niko : "Waktu itu teman dekat saya mau ambil jatah di stasiun kereta api dan kemudian dikeroyok. Kemudian ada adik-adik yunior saya datang dan kasih tahu. Bang Anis dikeroyok dan waktu itu saya langsung cabut samurai dan saya lari kesana. Kemudian saya melihat bahwa mata bang Anis ini ditikam pakai paku. Kemudian kepala Anis dibalok dan badannya dibacok. Anis dibacok dari kaki sampai ke seluruh badan. Pada saat saya melihat sahabat saya bernama Anis ini dibacok dan seperti itu keadaannya, maka timbul dalam hati rasa persaudaraan dan saya merasa dia yang dihantam tapi saya yang rasa sakit. Kalau preman satu sakit maka semuanya sakit. Ada istilah potong di kuku rasa di daging begitu. Jadi bela benar-benar. Dan saya harus balas. Apapun yang terjadi saya harus balas. Kalau seandainya orang itu mati maka orang itu harus mati."
Kemudian mereka mengejar kelompok preman yang dicurigai sebagai pembunuh Anis.
Niko : "Ya, kami bakar rumah-rumah dan kemudian motor-motor itu. Ada motor-motor yang kami bakar juga di tanah abang."
Dendam kesumat yang berurat akar didalam dada Niko semakin memuncak saat pimpinan geng lain itu kabur entah kemana. Namun beberapa hari kemudian sebuah peristiwa sadispun terjadi.
Niko : "Orang yang pimpin pengeroyokan itu akhirnya kami ketemukan juga dan matanya kami buat buta kedua-duanya."
Semua musuh dibuat tidak berdaya dan tidak ada musuh yang berani menyentuh daerah kekuasaan mereka. Dengan nama besar yang dimiliki Niko, sebuah perusahaan mempercayai Niko untuk mengeksekusi sebuah rumah bermasalah.
Niko : "Sampai disana mereka sudah pakai preman lain lagi. Kemudian mereka maki-maki kami. Akhirnya kami usir keluar. Pokoknya saya perang dan dapat uang, begitu pikirannya. Kalau saya kalah, saya sudah dibayar kemudian saya kalah maka kepercayaan orang akan hilang. Dan yang saya pikirkan itu saya harus menang. Kalau saya kalah maka orang tidak percaya lagi sama saya, maka dia tidak mau kasih kerjaan lagi. Kemudian kami berkelahi dan semua orang dirumah itu lari, termasuk preman-preman yang mereka pakai. Akhirnya kami eksekusi rumah itu."
Setelah berhasil mengeksekusi rumah tersebut Niko dan anak buahnya mulai dipercaya, baik oleh para pengusaha maupun orang-orang penting untuk membantu menyelesaikan masalah mereka. Artinya tindakannya yang brutal dan bengis ternyata dimanfaatkan para pengusaha untuk memperlancar urusan mereka. Hal ini membuat uang dengan mudahnya mengalir ke kantong Niko, dan membuatnya ia makin bergelimang dosa. Minuman keras, narkoba dan seks bebas mewarnai hidupnya setiap hari.
Niko : "Saya dapat uang dengan mudah dan gampang. Uang itu adalah raja diatas segala raja. Sehingga bisa melakukan apa saja termasuk main wanita. Saya tidak tahu berapa wanita yang sudah berhubungan dengan saya. Sistem saya ya seperti itu, sistem nasi bungkus saja. Habis pakai buang."
Harta dan tahta mudah Niko dapatkan. Tapi tidak puas hanya disitu, Niko menggilai narkoba.
Niko : "Saat memakai narkoba itu memang happy. Tapi setelah minum, pakai obat ... begitu sudah hilang reaksi obatnya maka pikiran susah lagi. Kemudian saya berpikir kapan mempunyai hidup yang tenang, yang baik, yang aman. Punya keluarga, anak dan istri .... yang damailah ..."
Kenapa Niko melakukan semuanya itu ?
Niko : "Mengapa saya lakukan semua itu? Jawabannya sangat sederhana. Saya cuma ingin mencari damai sejahtera. Saya ingin cari kasih sayang. Sebenarnya saya ingin keluar dari lingkaran setan ini, tapi tidak bisa. Kayaknya berat sekali."
Hingga suatu hari, Niko ditawari inex dari Belanda. Saat ia mencobanya, sesuatu yang tak pernah diduganya terjadi.
"Saya pakai inex itu, tapi waktu saya pakai, ternyata saya over dosis."
Darah mengalir keluar dari telinga, mulut dan hidung Niko, ia pun segera dilarikan ke rumah sakit.
"Dalam perjalanan, dingin pelan-pelan mulai naik dari kaki hingga leher saya. Waktu dingin sudah mulai sampai leher, saya cuma ingat satu lagu sekolah minggu, "Yesus.. Yesus.. dokterku yang baik. Dokter dunia tak sama dengan Dia. Saya sakit DIa sembuhkan." Pada hal saya tidak pernah ingat lagu itu, sudah lama sekali saya tidak nyanyikan lagu itu. Tiba-tiba saya bisa ingat dan saya nyanyi lagu itu."
Di rumah sakit, seorang suster mendengar Niko menyanyikan lagu itu dengan suara yang kecil dan sudah mulai tidak jelas berkata-kata karena lidahnya sudah mulai kaku. Menyadari ajal sudah di depan mata, Niko meminta tolong pada sang suster untuk mendoakannya.
Niko : "Waktu saya nyanyikan lagu itu ada seorang suster yang mendengar kata Yesus. Karena waktu saya menyanyi itu sudah dalam keadaan tidak sadar dan tidak sadar, lidah saya juga sudah pendek, sudah pelo sehingga kata-kata saya tidak jelas. Kemudian saya bilang 'suster, tolong doakan saya karena sebentar lagi saya akan mati.' Kenapa saya bilang akan mati ? Karena saya tahu dosa apa yang saya lakukan. Semua dosa sudah saya lakukan, yang paling kecil dan paling besar sudah saya lakukan semua itu."
Semua keangkuhan Niko sang panglima saat itu hancur, runtuh dalam sekejab. Keangkuhan-nya takluk pada sentuhan sang Pencipta.
Niko : "Darah orang yang tertumpah saya ingat semuanya. Kemudian saya ketakutan. Saya begitu ketakutan dan saya pikir inilah kematian buat saya. Pada saat maut itu datang, saya sangat ketakutan. Saya sangat menyesal atas semua dosa-dosa yang telah saya lakukan." ---- catatan : Niko mendapatkan penglihatan akan dosa-dosanya.
Kegelapan menyelimuti Niko, dalam hatinya berkata bahwa ia pasti ke neraka.
Niko : "Kemudian saya rasa gelap, kemudian saya pikir sudah ke neraka ini pasti."
Samar-samar ia mendengar dokter mengatakan kepada suster bahwa waktu bagi Niko tinggal sebentar lagi.
Niko : "Waktu dokter bilang, 'Sebentar lagi!' Saya dengar suara dokter itu jauh sekali. Pada saat itulah saya langsung teriak kenceng-kenceng, " Tuhan Yesus tolong saya! Tuhan Yesus tolong saya! Tuhan Yesus tolong saya!" Waktu saya teriak seperti itu, suster berdoa. Selesai 'amin,' sepuluh menit kemudian dingin mulai turun berlahan-lahan. Dokter bingung, dokter bilang hal seperti ini belum pernah terjadi. Tapi itulah Tuhan Yesus yang ajaib."
Sungguh suatu mujizat yang luar biasa. Niko lepas dari cengkraman maut. Menyadari bahwa dirinya masih bernafas, Niko pun membuat sebuah keputusan penting yang akan mengubah jalan hidupnya.
Niko : "Waktu itu tahun 98 akhir, saya berkata, 'Tuhan, mulai saat ini dari ujung kaki sampai ujung rambut, aku serahkan bagi kemuliaan nama-Mu.' "
Pada akhirnya Panglima Kegelapan itupun takluk pada Yesus, pada kasih-Nya yang luar biasa. Niko akhirnya meninggalkan dunia preman dan bertobat sungguh-sungguh, namun hal ini bukanlah hal yang mudah karena ia di cap pengkhianat oleh rekan-rekannya. Keputusan Niko mendapatkan reaksi keras dari teman-temannya.
Niko : "Reaksi anak buah saya waktu saya bertobat bersama pemimpin saya, mereka menganggap saya sebagai seorang penghianat. Banyak orang yang membenci saya, tapi saya tidak peduli. Saya berpikir, lebih baik saya menyenangkan hati Tuhan dari pada menyenangkan hati manusia."
Saat ini Niko benar-benar mengabdikan dirinya untuk menolong orang-orang yang terjerat didalam dunia preman.
Niko : "Sebetulnya setelah saya bertobat, saya menikmati kasih Tuhan itu. Memang mengalami proses yang panjang. Tapi setelah saya benar-benar didalam Tuhan dan menikmati kasih Tuhan, saya bilang 'Tuhan, kalau saya tahu dulu saya ndak jadi preman .. Tuhan.' "
Namun perjuangan Niko tidak sia-sia, melalui proses yang panjang sekarang dia memprioritaskan Tuhan didalam hidupnya.
Sumber Kesaksian : Niko Kilikili - Jawaban.COM
NIKO SANG PANGLIMA KEGELAPAN
Niko : "Arti Yesus bagi hidup saya. Dia adalah prioritas didalam hidup saya. Karena saya merasa bahwa tanpa Tuhan Yesus saya tidak mampu hidup. Karena saya merasa tanpa Tuhan Yesus saya tidak mampu hidup. Karena pengorbanan Tuhan Yesus di kayu salib. Dengan kejahatan yang saya lakukan, tidak semestinya ... saya tidak layak dalam Kerajaan Sorga. Tapi Tuhan Yesus sudah mau mati di kayu salib untuk menebus dosa-dosa saya. Kasihnya tidak pernah terbatas didalam hidup saya."
Niko dulu adalah "panglima" bagi kerajaan kegelapan, namun kini ia menjadi tentara Tuhan yang berdampak dalam memperluas Kerajaan Allah.
--- Demikian Niko Kilikili mengakhiri kesaksiannya ...
(18) Marilah, baiklah kita berperkara! --firman TUHAN--Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba. (19) Jika kamu menurut dan mau mendengar, maka kamu akan memakan hasil baik dari negeri itu. (20) Tetapi jika kamu melawan dan memberontak, maka kamu akan dimakan oleh pedang." Sungguh, TUHAN yang mengucapkannya. (Yesaya 1:18-20)
Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat." (Lukas 5:32)Salam kasih dan persahabatan. Tetap saling mengasihi sesama apapun keyakinannya. Tetap semangat dan salam kompak selalu. Tuhan Yesus memberkati. Amin.
Post A Comment:
0 comments: